Journey: Born To Be A Mother

by - November 22, 2021

beberapa bulan lalu, seorang publik figur—Najwa Shihab—pernah berkata bahwa kodrat perempuan itu hanya ada 3; menstruasi, hamil & melahirkan, dan menyusui. setujukah kamu dengan pernyataannya tersebut?

di era modern seperti sekarang ini, masih banyak orang yang mengkotak-kotakan masalah gender; perempuan harus begini, laki-laki harus begitu, perempuan harus bermain boneka, laki-laki harus bermain mobil-mobilan, laki-laki tak boleh nangis, perempuan tak boleh lantang bersuara, dan lain-lain dan sebagainya. nggak dapat dipungkiri bahwa kita memang hidup di tengah-tengah jaman yang modern dengan masih ada (bahkan banyak) orang dengan pola pikir demikian. nggak cuma mengkotak-kotakan masalah gender, mereka pun mengkotak-kotakan orang dalam ke beberapa ‘genre’ tertentu seperti status sosial/ekonomi, status hubungan/pernikahan, status pendidikan, dan lain-lain. tak bisakah kita menjadi apapun yang kita inginkan tanpa menghiraukan ‘kotak’ yang mereka labeli pada diri kita berdasarkan gender?


terlahir sebagai seorang perempuan membuatku tanpa sadar percaya bahwa perempuan harus begini, perempuan harus begitu, perempuan tak boleh begini, dan perempuan tak boleh begitu. so many rules, so many boxes they put me into. hingga akhirnya aku pernah percaya bahwa kotak-kotak tersebut adalah benar adanya, bahwa kotak-kotak tersebut serupa kodrat yang telah Tuhan tetapkan untuk perempuan. perempuan dan laki-laki memang berbeda secara fisiologis namun bukan berarti secara keseluruhan memang harus dibedakan, bukan?


sebagai seorang perempuan, kini kodrat yang kupercayai adalah menstruasi, hamil & melahirkan, serta menyusui. sisanya kurasa perempuan berhak mendapat kesempatan, waktu, dan perlakuan yang layak seperti laki-laki. and this very moment, aku telah melalui banyak hal yang mereka sebut kodrat dan kini aku melalui 3 kodrat yang kuyakini sendiri; hamil, melahirkan & menyusui.





ketika mengetahui bahwa sedang ada janin tumbuh dan berkembang di dalam rahim, yang paling kutakutkan adalah proses persalinan. semasa kehamilan 9 bulan yang kulalui memang nggak bisa dibilang mudah, namun Tuhan memudahkan semuanya hingga detik ini. Alhamdulillah. persalinan merupakan fase yang paling mengerikan buatku. persalinan adalah sebuah proses menyakitkan sekaligus membahagiakan, begitu menguras tenaga dan pikiran hingga rasanya ingin hidup ini di-‘pause’ dulu, ingin rasanya mengambil jeda sebentar untuk sekedar beristirahat atau lompat ke bagian hidup yang lain.

begitu banyak darah yang keluar kala itu, begitu banyak tenaga yang kukeluarkan, begitu banyak perhatian yang tercurahkan selama prosesnya. ketika nyeri kontraksi semakin hebat setiap waktunya, diantara perasaan takut sekaligus tak sabar untuk bertemu dengannya, yang bisa kulakukan hanyalah berpasrah berserah diri sambil menahan sakit sekaligus merapalkan shalawat yang selalu kuucap ketika perasaan tak menentu. satu jam lamanya tubuh ini berusaha sebaik mungkin bertahan tak hanya untuk diri sendiri namun untuk diri yang lain yang detak jantungnya berusaha kupertahankan iramanya, hingga akhirnya suara tangisnya memecah keheningan malam. setelah berjam-jam berteman dengan rasa sakit yang berujung lelah hingga tak sanggup untuk sekedar berbicara dengan jelas, hanya mampu berbisik. namun suara tangisnya yang keras mampu menghangatkan hatiku. untuk pertama kalinya dunia menyambutnya dengan udara AC yang begitu dingin. kulitnya begitu bersih, bibirnya yang berwarna merah, hidungnya yang mancung, dagunya yang lancip serta matanya yang begitu kecil terlihat tenang ketika suara syahadat dan adzan berkumandang di telinganya. cantik, begitulah yang kuucapkan. 

pasca persalinan memang nggak mudah, tugas baru sebagai ibu adalah yang terberat sekaligus membahagiakan. belajar untuk memahami setiap tangisnya, setiap bahasa tubuhnya, serta setiap gerak gerik yang ia lakukan. belajar untuk menyusui langsung secara benar—meski akhirnya menyerah pada keadaan—serta belajar untuk menerima sebenar-benarnya seikhlas-ikhlasnya untuk memahami berbagai tanggungjawab yang kini dibebankan padaku sebagai seorang ibu. tentu saja semua itu nggak mudah untukku yang memiliki nol pengalaman dalam mengurus bayi. but that's something i could learn, eh

kini ketika mengingat-ingat kembali momen persalinan, somehow aku merasa bangga pada diriku sendiri karena telah bersabar, berjuang, dan bertahan dari segala rasa sakit yang hebat serta lelah yang kukira tak akan berhenti hingga akhirnya ia lahir dengan selamat.

seorang putri cantik, anak pertamaku, yang kuberi nama Kinanti Allura Azwar yang lahir pada awal bulan Agustus karena ia memilihnya sendiri kini sudah berusia 3,5 bulan, dalam keadaan sehat, and i'm so grateful for her. 


thank you for choosing me as your mother and my soulmate as your father, Neng. we're going to try so hard our best to fulfill your heart with warmth and happiness—also health we can provide.
and personally, i'm going to fix me so you don't have to feel what i feel for years—trauma(s) and so on.
사랑해

You May Also Like

0 komentar