A Woman and A Marriage

by - Maret 23, 2021



apa sih pernikahan itu?


sejujurnya aku masih belum menemukan kalimat yang tepat untuk memaknai pernikahan meskipun saat ini sedang menjalankannya. secara keseluruhan keadaan yang kualami sendiri dan yang kurasa lebih seperti air yang mengalir. semuanya nggak selalu terasa lancar dan mudah, nggak selalu berjalan sesuai rencana atau keinginan. no, i didn't grow like that.


bagi perempuan, nggak mudah hidup dengan stigma di masyarakat yang selalu mengaitkan perempuan dengan masa depannya yang seolah sudah mutlak menjadi seorang istri dan ibu. bagi perempuan, pertanyaan tentang pernikahan nggak pernah sesederhana itu. terlebih ketika ia telah menginjak usia kepala 2, berbagai pertanyaan bermunculan menganai pernikahan. 


 Jadi, kapan nih nyusul nikah sama pacarnya? 

 Kapan nikah? Buruan nanti jodohnya diambil orang, lho. 

 Gak usah nunda-nunda buat nikah, rejeki mah nanti aja ada di depan. 

 Perempuan sekolahnya gak usah tinggi-tinggi, nanti jodohnya susah. 

 Perempuan karirnya gak usah terlalu ambisius, nanti gak ada laki-laki yang mau deketin, lho. 

 Tunggu apa lagi? Kuliah udah lulus, kerja udah lumayan kan? Apa yang ditunggu lagi buat nikah? 

Perempuan jangan nikah tua-tua, nanti nggak laku dan bisa sulit punya anak. 


nyatanya, perjalanan menuju sebuah pernikahan bukanlah perjalanan yang mudah, setidaknya ini berdasarkan pengalaman pribadiku. pernikahan nggak hanya sesederhana tentang ijab qabul di depan penghulu (untuk beragama islam) dan saksi atau pemberkatan di depan pendeta atau tokoh agama lain dan hidup bahagia bersama selamanya. pernikahan ternyata lebih dari itu semua. prosesi ijab qabul atau pemberkatan hanya langkah awal dalam pernikahan, ibaratnya itu hanyalah pintu. Sebuah pintu yang dibukakan oleh Tuhan sebagai tanda dimulainya hidup yang baru dari dua orang insan manusia. Setelahnya adalah perjalanan hidup yang lebih serius dari dua orang manusia yang menjadi satu di mata Tuhan. dua hidup yang berbeda dari dua orang manusia menjadi satu. that's a lot, you know?


sebegitu rumitnya arti atau makna pernikahan (seenggaknya untukku pribadi) hingga orang lain entah dari mana menanyakan hal sepribadi itu kepada seorang perempuan. ya, menurutku pernikahan adalah hal pribadi. it's personal thing for me yang aku rasa nggak harus semua orang tahu mengenai hal-hal tentang rencana pernikahan seseorang. terlebih kita saat ini hidup di jaman semua orang berlomba-lomba membagikan tentang hidupnya berkeinginan untuk diketahui orang lain dan banyak orang hanya sekedar ingin tahu tanpa pernah benar-benar peduli dengan apa yang terjadi. itulah kenapa aku nggak terlalu banyak share tentang rencana pernikahanku waktu itu, itulah kenapa aku hanya ingin keep semuanya sampai pada hari yang telah ditentukan. i want to keep those things private



ketika seorang perempuan mendekati usia 25, orang-orang sekitar mulai pusing sendiri, kenapa ia belum menikah padahal sudah usia hampir 25? setidaknya orang-orang seperti itulah yang ada di sekitarku. mereka mengkhawatirkan aku seorang perempuan lajang yang sudah terlihat siap menikah namun belum kunjung menikah padahal sudah memiliki pasangan. from that moment ketika suara-suara itu mulai terdengar bising di telinga, i asked myself out, is that i really wanted? am i ready for being a wife and possibly a mother someday?” dan akhirnya aku menyadari, aku nggak pernah benar-benar merasa siap untuk semua hal tentang pernikahan dan perjalanannya. 


mereka bilang, seorang perempuan memiliki batas waktu untuk menikah sebelum mereka di cap nggak laku di masyarakat. mereka bilang, seorang perempuan memiliki batas waktu sebelum akhirnya mereka di cap expired. and that's sad ketika mereka malah menyamakan kualitas yang ada dalam diri seorang perempuan dengan barang atau makanan/minuman yang dijual di pasaran yang memiliki periode konsumsi.


masyarakat kita masih berpikir bahwa perempuan adalah makhluk nomor dua dan makhluk yang bisa dijadikan objek, seolah derajat dan harkat martabatnya hanya dinilai dari sisi status pernikahan mereka semata. setelah memiliki ikatan pernikahan pun seorang perempuan masih dianggap sebagai manusia yang mutlak terikat pada pernikahan dan segala tata aturan yang ngga banyak memberi mereka ruang untuk bekerja, berkarya, dan melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai. 


patriarchy.


budaya patriarki membunuh banyak perempuan dan mimpinya, membunuh banyak perempuan serta hak-hak dasarnya sebagai manusia. when we talk about patriarchy, it would never be easy in this kind of society we live in. patriarchy kills tons of women and their hopes


seorang perempuan dan sebuah pernikahan, seharusnya menjadi rumah yang nyaman dan meneduhkan untuk setiap orang yang merindukan pelukan dan kehangatan, bukan menjadi padang duri yang saling menusuk menyakiti satu sama lain.
seorang perempuan dan sebuah pernikahan, seharusnya menjadi satu ikatan personal yang membahagiakan, bukan dijadikan gunjingan oleh khalayak banyak seolah seorang perempuan dan sebuah pernikahan adalah hal mutlak yang membuat seorang perempuan menjadi perempuan seutuhnya. 


it's not always easy to say yes to your lover when it comes to marriage, but when you put your dreams and hopes to the right person you love, to the right person who appreciate and respect every inch of your body, mind, and soul; you'll know how to say yes to a new beginning. 





***

You May Also Like

0 komentar